Sabtu, 11 Desember 2010

Cinta Dan Mencintai Allah

Definisi Cinta
Imam Ibnu Qayyim
mengatakan, "Tidak ada
batasan cinta yang lebih
jelas daripada kata cinta itu
sendiri; memba-tasinya
justru hanya akan
menambah kabur dan
kering maknanya. Maka
ba-tasan dan penjelasan
cinta tersebut tidak bisa
dilukiskan hakikatnya
secara jelas, kecuali
dengan kata cinta itu
sendiri.
Kebanyakan orang hanya
membe-rikan penjelasan
dalam hal sebab-
musabab, konsekuensi,
tanda-tanda, penguat-
penguat dan buah dari
cinta serta hukum-
hukumnya. Maka batasan
dan gambaran cinta yang
mereka berikan berputar
pada enam hal di atas
walaupun masing-masing
berbeda dalam
pendefinisiannya,
tergantung kepada
pengetahuan,kedudukan,
keadaan dan
penguasaannya terhadap
masalah ini. (Madarijus-
Salikin 3/11)
Beberapa definisi cinta:
* Kecenderungan seluruh
hati yang terus-menerus
(kepada yang dicintai).
* Kesediaan hati
menerima segala
keinginan orang yang
dicintainya.
* Kecenderungan sepenuh
hati untuk lebih
mengutamakan dia
daripada diri dan harta
sendiri, seia sekata
dengannya baik dengan
sembunyi-sebunyi
maupun terang-terangan,
kemudian merasa bahwa
kecintaan tersebut masih
kurang.
* Mengembaranya hati
karena mencari yang
dicintai sementara lisan
senantiasa menyebut-
nyebut namanya.
* Menyibukkan diri untuk
mengenang yang
dicintainya dan
menghinakan diri
kepadanya.
PEMBAGIAN CINTA
* Cinta ibadah
Ialah kecintaan yang
menyebabkan timbulnya
perasaan hina kepadaNya
dan mengagungkanNya
serta bersema-ngatnya
hati untuk menjalankan
segala perintahNya dan
menjauhi segala
larangaNya.
Cinta yang demikian
merupakan pokok
keimanan dan tauhid yang
pelakunya akan
mendapatkan keutamaan-
keutamaan yang tidak
terhingga.
Jika ini semua diberikan
kepada selain Allah maka
dia terjerumus ke dalam
cinta yang bermakna
syirik, yaitu
menyekutukan Allah
dalam hal cinta.
* Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu
yang dicintai Allah, baik
berupa tempat tertentu,
waktu tertentu, orang
tertentu, amal perbuatan,
ucapan dan yang
semisalnya. Cinta yang
demikian termasuk cinta
dalam rangka mencintai
Allah.
* Cinta yang sesuai
dengan tabi'at
(manusiawi),
yang termasuk ke dalam
cintai jenis ini ialah:
o Kasih-sayang, seperti
kasih-sayangnya orang
tua kepada anaknya dan
sayangnya orang kepada
fakir-miskin atau orang
sakit.
o Cinta yang bermakna
segan dan hormat,
namun tidak termasuk
dalam jenis ibadah, seperti
kecintaan seorang anak
kepada orang tuanya,
murid kepada
pengajarnya atau
syaikhnya, dan yang
semisalnya.
o Kecintaan (kesenangan)
manusia kepada
kebutuhan sehari-hari
yang akan
membahayakan dirinya
kalau tidak dipenuhi,
seperti kesenangannya
kepada makanan,
minuman, nikah, pakaian,
persaudaraan serta
persahabatan dan yang
semisalnya.
Cinta-cinta yang demikian
termasuk dalam kategori
cinta yang manusiawi
yang diperbolehkan. Jika
kecintaanya tersebut
membantunya untuk
mencintai dan mentaati
Allah maka kecintaan
tersebut termasuk
ketaatan kepada Allah,
demikian pula sebaliknya.
KEUTAMAAN MENCINTAI
ALLAH
* Merupakan Pokok dan
inti tauhid
Berkata Syaikh
Abdurrahman bin Nashir
Al-Sa'dy, "Pokok tauhid
dan inti-sarinya ialah ikhlas
dan cinta kepada Allah
semata. Dan itu
merupakan pokok dalam
peng- ilah-an dan
penyembahan bahkan
merupakan hakikat ibadah
yang tidak akan sempurna
tauhid seseorang kecuali
dengan
menyempurnakan
kecintaan kepada Rabb-
nya dan menye-rahkan
seluruh unsur-unsur
kecintaan kepada-Nya
sehingga ia berhukum
hanya kepada Allah
dengan menjadikan
kecintaan kepada hamba
mengikuti kecintaan
kepada Allah yang
dengannya seorang
hamba akan mendapatkan
kebahagiaan dan
ketenteraman. (Al-Qaulus
Sadid,hal 110)
* Merupakan kebutuhan
yang sangat besar
melebihi makan, minum,
nikah dan sebagainya.
Syaikhul Islam Ibnu
Taymiyah berkata:
"Didalam hati manusia ada
rasa cinta terhadap
sesuatu yang ia sembah
dan ia ibadahi ,ini
merupakan tonggak untuk
tegak dan kokohnya hati
seseorang serta baiknya
jiwa mereka.
Sebagaimana pula mereka
juga memiliki rasa cinta
terhadap apa yang ia
makan, minum, menikah
dan lain-lain yang dengan
semua ini kehidupan
menjadi baik dan
lengkap.Dan kebutuhan
manusia kepada
penuhanan lebih besar
daripada kebutuhan akan
makan, karena jika
manusia tidak makan
maka hanya akan
merusak jasmaninya,
tetapi jika tidak
mentuhankan sesuatu
maka akan merusak jiwa/
ruhnya. (Jami' Ar-Rasail
Ibnu Taymiyah 2/230)
* Sebagai hiburan ketika
tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim,
"Sesungguh-nya orang
yang mencintai sesuatu
akan mendapatkan
lezatnya cinta manakala
yang ia cintai itu bisa
membuat lupa dari
musibah yang
menimpanya. Ia tidak
merasa bahwa itu semua
adalah musibah, walau
kebanyakan orang
merasakannya sebagai
musibah. Bahkan semakin
menguatlah kecintaan itu
sehingga ia semakin
menikmati dan meresapi
musibah yang ditimpakan
oleh Dzat yang ia cintai.
(Madarijus-Salikin 3/38).
* Menghalangi dari
perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim
(ketika menjelaskan
tentang cinta kepada Allah)
: "Bahwa ia merupakan
sebab yang paling kuat
untuk bisa bersabar
sehingga tidak menyelisihi
dan bermaksiat kepada-
Nya. Karena
sesungguhnya seseorang
pasti akan mentaati
sesuatu yang dicintainya;
dan setiap kali bertambah
kekuatan cintanya maka
itu berkonsekuensi lebih
kuat untuk taat kepada-
Nya, tidak me-nyelisihi
dan bermaksiat kepada-
Nya.
Menyelisihi perintah Allah
dan bermaksiat kepada-
Nya hanyalah bersumber
dari hati yang lemah rasa
cintanya kepada Allah.Dan
ada perbedaan antara
orang yang tidak
bermaksiat karena takut
kepada tuannya dengan
yang tidak bermaksiat
karena mencintainya.
Sampai pada ucapan
beliau, "Maka seorang
yang tulus dalam
cintanya, ia akan merasa
diawasi oleh yang
dicintainya yang selalu
menyertai hati dan
raganya.Dan diantara
tanda cinta yang tulus
ialah ia merasa terus-
menerus kehadiran
kekasihnya yang
mengawasi
perbuatannya. (Thariqul
Hijratain, hal 449-450)
* Cinta kepada Allah akan
menghilangkan perasaan
was-was.
Berkata Ibnu Qayyim,
"Antara cinta dan
perasaan was-was
terdapat perbedaan dan
pertentangan yang besar
sebagaimana perbedaan
antara ingat dan lalai,
maka cinta yang
menghujam di hati akan
menghilangkan keragu-
raguan terhadap yang
dicintainya.
Dan orang yang tulus
cintanya dia akan terbebas
dari perasaan was-was
karena hatinya tersibukkan
dengan kehadiran Dzat
yang dicintainya tersebut.
Dan tidaklah muncul
perasaan was-was kecuali
terhadap orang yang lalai
dan berpaling dari dzikir
kepada Allah Subhannahu
wa Ta'ala , dan tidaklah
mungkin cinta kepada
Allah bersatu dengan
sikap was-was.
(Madarijus-Salikin 3/38)
* Merupakan
kesempurnaan nikmat
dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim,
"Adapun mencintai Rabb
Subhannahu wa Ta'ala
maka keadaannya tidaklah
sama dengan keadaan
mencin-tai selain-Nya
karena tidak ada yang
paling dicintai hati selain
Pencipta dan Pengaturnya;
Dialah sesembahannya
yang diibadahi, Walinya,
Rabb-nya, Pengaturnya,
Pemberi rizkinya, yang
mematikan dan
menghidupkannya. Maka
dengan mencintai Allah
Subhannahu wa Ta'ala
akan menenteramkan hati,
menghidupkan ruh,
kebaikan bagi jiwa
menguatkan hati dan
menyinari akal dan
menyenangkan
pandangan, dan menjadi
kayalah batin. Maka tidak
ada yang lebih nikmat dan
lebih segalanya bagi hati
yang bersih, bagi ruh
yang baik dan bagi akal
yang suci daripada
mencintai Allah dan rindu
untuk bertemu dengan-
Nya.
Kalau hati sudah
merasakan manisnya
cinta kepada Allah maka
hal itu tidak akan
terkalahkan dengan
mencintai dan
menyenangi selain-Nya.
Dan setiap kali bertambah
kecintaannya maka akan
bertambah pula
pengham-baan,
ketundukan dan ketaatan
kepada Allah Subhannahu
wa Ta'ala dan
membebaskan diri dari
penghambaan,
ketundukan ketaatan
kepada selain-Nya.
"(Ighatsatul-Lahfan, hal
567)
ORANG-ORANG YANG
DICINTAI ALLAH
Subhannahu wa Ta'ala
Allah Subhannahu wa
Ta'ala mencintai dan
dicintai. Allah Subhannahu
wa Ta'ala berfirman di
dalam surat Al-Ma'idah:
54, yang artinya: "Maka
Allah akan mendatangkan
satu kaum yang Allah
mencintai mereka dan
merekapun mencintai
Allah."
Mereka yang dicintai Allah
Subhannahu wa Ta'ala :
* Attawabun (orang-
orang yang bertau-bat),
Al-Mutathahhirun (suka
bersuci), Al-Muttaqun
(bertaqwa), Al-Muhsinun
(suka berbuat baik)
Shabirun (bersa-bar), Al-
Mutawakkilun (bertawakal
ke-pada Allah) Al-
Muqsithun (berbuat adil).
* Orang-orang yang
berperang di jalan Allah
dalam satu barisan
seakan-akan mereka satu
bangunan yang kokoh.
* Orang yang berkasih-
sayang, lembut kepada
orang mukmin.
* Orang yang
menampakkan izzah/
kehormatan diri kaum
muslimin di hadapan
orang-orang kafir.
* Orang yang berjihad
(bersungguh-sungguh) di
jalan Allah.
* Orang yang tidak takut
dicela manusia karena
beramal dengan sunnah.
* Orang yang berusaha
mendekatkan diri kepada
Allah dengan ibadah
sunnah setelah
menyelesaikan ibadah
wajib.
SEBAB-SEBAB UNTUK
MENDAPATKAN CINTA
ALLAH Subhannahu wa
Ta'ala
* Membaca Al-Qur'an
dengan memikir-kan dan
memahami maknanya.
* Berusaha mendekatkan
diri kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala
dengan ibadah sunnah
setelah menyelesaikan
ibadah yang wajib.
* Selalu mengingat Allah
Subhannahu wa Ta'ala ,
baik de-ngan lisan, hati
maupun dengan anggota
badan dalam setiap
keadaan.
* Lebih mengutamakan
untuk mencintai Allah
Subhannahu wa Ta'ala
daripada dirinya ketika
hawa nafsunya
menguasai dirinya.
* Memahami dan
mendalami dengan hati
tentang nama dan sifat-
sifat Allah.
* Melihat kebaikan dan
nikmatNya baik yang lahir
maupun yang batin.
* Merasakan kehinaan dan
kerendahan hati di
hadapan Allah.
* Beribadah kepada Allah
pada waktu sepertiga
malam terakhir (di saat
Allah turun ke langit dunia)
untuk bermunajat
kepadaNya, membaca Al-
Qur'an , merenung
dengan hati serta
mempelajari adab dalam
beribadah di hadapan
Allah kemudian ditutup
dengan istighfar dan
taubat.
* Duduk dengan orang-
orang yang memiliki
kecintaan yang tulus
kepada Allah dari para
ulama dan da'i,
mendengar-kan dan
mengambil nasihat
mereka serta tidak
berbicara kecuali pembica-
raan yang baik.
* Menjauhi/
menghilangkan hal-hal
yang menghalangi hati
dari mengingat Allah
Subhannahu wa Ta'ala .
(Disadur dari kalimat
mutanawwi'ah fi abwab
mutafarriqah karya
Muhammad bin Ibrahim
Al-Hamd oleh Abu
Muhammad/alsofwah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar